pptialfalah.id – “Mengakar dalam tradisi, terdepan dalam inovasi,” ucap Gus Mahfudl dalam sambutannya pada acara seminar mahasantri #2, Sabtu (5/2) di aula utama PPTI Al Falah Salatiga. Seminar mahasantri ini merupakan serangkaian acara guna mengisi waktu libur kuliah mahasantri. Kali ini tema yang diangkat adalah “Peran Mahasantri dalam Melestarikan Kultur Aswaja di Era Digital”.
“Menjadi santri Al Falah yang baik itu mudah, dengan cara diam dan melakukan kewajiban pesantren. Namun ada yang lebih dari itu, yaitu bagaimana cara agar kita bisa bermanfaat dan khidmat dalam pesantren, itu yang susah,” tutur Gus Mahfudl.
Bapak Saefudin Zuhri M.S.I. atau biasa akrab dengan sebutan Pak Saefudin menjadi narasumber pada acara seminar kali ini. Beliau merupakan seorang aktivis koperasi juga seorang dosen. Pemateri mengawali penjelasan materinya dengan jargon Al Falah yaitu “mengakar dalam tradisi, terdepan dalam inovasi” yang merupakan inti pembahasan dari tema acara seminar kali ini. Dalam pembahasaannya, menurut beliau santri itu harus melek digital, agar kedepannya juga bisa lebih bermanfaat bagi dunia luar terutama untuk Nahdhatul Ulama.
“Tantangan digital itu efeknya luar biasa. Makannya santri itu harus bisa berinovasi, termasuk inovasi dalam dakwah yang merupakan bagian dari adaptasi perkembangan-perkembangan zaman,” ucap Pak Saefudin.
“Kita ini hidup dalam zaman yang penuh dengan tradisi. Namun, seringkali kita terbuai dengan masa lalu. Terdepan dalam inovasi merupakan inti dari akulturasi aswaja yang harus terus kita pelajari dalam kehidupan pesantren,” lanjut Pak Saefudin.
Mahasantri pun semangat dan antusias dalam menyimak pembahasan dari Pak Saefudin. Beliau seringkali mengaitkan antara santri dengan kehidupan yang masih panjang. Tak lupa, beliau membekali santri dengan tips-tips menjadi dosen.
“Kita ini harus berdiaspora, bersaing untuk lebih baik kedepannya. Karena dalam konteks dakwah akan bermanfaat, dan yang tidak boleh hilang dari kita adalah kulturnya,” pesan Pak Saefudin.