Oleh: Febyarina Alifah H. N.
Di era milenial saat ini, menjadi mahasiswa adalah impian banyak orang. Kuliah di perguruan tinggi favorit, pandai berbicara di depan umum, aktif berorganisasi, dan memiliki Indeks Prestasi (IP) tinggi. Namun, di era globalisasi yang penuh dengan tantangan saat ini, pendidikan semakin berat dengan adanya tuntutan masyarakat modern yang semakin kompleks. Para pendidik dituntut untuk mengikuti laju perkembangan zaman yang semakin dinamis namun dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islami. Dalam hal ini, pesantren mengambil peran penting dalam pembentukan karakter para santri terutama mahasiswa yang juga menyandang status sebagai santri atau dikenal dengan julukan mahasiswa santri atau “mahasantri”.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional tertua di Indonesia. Sebagai lembaga dakwah, pesantren berusaha mendekati masyarakat sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara santri dengan masyarakat dalam membumikan nilai-nilai Islami. Pesantren berfungsi sebagai lembaga pembinaan moral dan kultural, baik di kalangan sesama santri maupun santri dengan masyarakat. Maka, di dalam kelembagaan pondok pesantren apabila ada sistem pendidikan formal dan non-formal akan terjadi simbiosis mutualisme antara sistem pendidikan nasional dengan pendidikan pesantren. Seperti halnya di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al-Falah Salatiga yang telah memasukkan pendidikan formal di dalam kelembagaan pesantren. Tidak hanya mempelajari kitab-kitab kuning, melainkan terdapat lembaga pendidikan formal yaitu SMK Al-Falah Salatiga. PPTI Al-Falah juga telah mengembangkan beberapa Unit Kegiatan Santri (UKS) yang beranggotakan para mahasantri sebagai wadah untuk membangun karakter mahasantri melalui berbagai inovasi pemikiran dan seni dengan tetap mempertahankan nilai-nilai Islami.
Sejarah dan Dinamika Budaya PPTI Al-Falah Salatiga
Pada tahun 1984 Ibu Nyai Hj. Latifah dipersunting oleh K. H. M. Zoemri RWS. Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai 2 anak perempuan yang diberi nama Siti Rofiah dan Siti Nur Halimah. Usai menikah, Ibu Nyai Latifah hidup bersama suami dengan kesibukan membina masyarakat melalui pengajian rutin di Dukuh, Sidomukti. Seiring berjalannya waktu, banyak warga yang menitipkan anak-anaknya untuk belajar agama dengan mengaji kitab kuning kepada K. H. Zoemri serta belajar Al-Qur’an kepada Ibu Nyai Latifah Zoemri. Hingga kemudian masyarakat meminta supaya beliau membangun pondok pesantren. Akhirnya pada tahun 1985, K. H. Zoemri dan Ibu Nyai Latifah mendirikan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al-Falah, di Jalan Bima Nomor 2 Dukuh, Sidomukti. Hingga kini, Ibu Nyai Latifah disibukkan dengan mengajar para santrinya dan mengisi ceramah di berbagai majelis pengajian Kota Salatiga dan sekitarnya. Selain itu, beliau juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan dan saat ini diberi amanah sebagai ketua Muslimat PC NU Kota Salatiga.
Sepeninggal K. H. M. Zoemri RWS 2015 silam, beliau meneruskan perjuangan suaminya menjadi pengasuh hingga sekarang. Dalam mengelola pondok pesantren, selain ingin melanjutkan cita-cita suaminya, beliau juga melakukan inovasi yang mendukung kebutuhan para santri. (Suara Merdeka h.62)
“Santri sekarang itu tidak cukup hanya bisa membaca kitab kuning saja, tapi harus bisa segala macam. Harus tahu jurnalistik, kesehatan, organisasi, dan lain-lain. Karena semua ini menjadi kebutuhan masyarakat,” tutur Ibu Nyai Latifah Zoemri.
Seiring berjalannya waktu, sebagai bentuk realisasi dari perkataan beliau. Berdirilah organisasi-organisasi santri di bidang jurnalistik, kesehatan, dan sebagainya. Diantaranya InSantri, Poskestren, Koppontren, dan Perpustakaan. Organisasi tersebut bertujuan untuk membangun serta mengembangkan karakter santri sehingga diharapkan santri dapat terjun langsung dan menjalin hubungan yang harmonis antara santri dan masyarakat dengan tetap mempertahankan nilai-nilai islami. Serta untuk menyikapi perkembangan zaman di era revolusi industri 4.0 saat ini, maka diharapkan santri lulusan PPTI Al-Falah tidak menjadi santri yang gagap teknologi dan ketinggalan zaman.
Peran Unit Kegiatan Santri (UKS) bagi Pembentukan Karakter Mahasantri
Dalam dunia modern saat ini, pesantren juga ikut berkontribusi untuk menyiapkan kader-kader berkualitas yang berperan sebagai agen-agen perubahan di masyarakat, bukan hanya dalam hal religius saja namun juga dibekali dengan kemampuan-kemampuan yang berguna bagi masyarakat. Pondok pesantren pun mulai mengakulturasikan sistem mereka dengan sistem dari luar. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam (PPTI) Al-Falah Salatiga yang masih menggunakan sistem tradisional dalam model pengajarannya, di era milenial saat ini juga juga memadukan model pembelajaran modern sebagai metode pengembangan karakter dan juga sebagai cara untuk menyiapkan para penerus bangsa yang mempunyai karakter yang bernafaskan Islam.
PPTI Al-Falah menciptakan sebuah wadah, khusus bagi para mahasantri untuk mencari, membentuk, dan mengembangkan kemampuan mereka dalam menghadapi problematika dunia modern khususnya dalam pengembangan masyarakat menuju kearah yang lebih baik. PPTI Al-Falah membentuk Unit Kegiatan Santri (UKS) yang menampung dan membimbing para mahasantri agar mereka bukan hanya mahir dalam bidang agama, namun juga dilatih dan dibekali pengetahuan dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran mereka agar mampu bersaing dengan para lulusan sekolah umum, sehingga para kader pesantren mempunyai keahlian yang sama bahkan lebih dari para lulusan sekolah umum dan mempunyai nilai lebih di mata masyarakat. Karena mereka bukan hanya dibekali dengan kemampuan dan ketrampilan tetapi juga dibekali dengan karakter bernafaskan Islam yang telah ditempa selama belajar di pesantren. PPTI Al-Falah mempunyai 4 unit kegiatan pengembangan bakat santri, ada Poskestren yang mempunyai kegiatan penanganan kesehatan, In Santri yang membimbing dalam pengembangan media komunikasi, Perpustakaan yang menampung dan mengembangkan minat baca santri, dan Koppontren yang mengembangan kemampuan ekonomi dan bisnis santri.
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren
Poskestren adalah unit kegiatan santri PPTI Al-Falah yang menampung mahasantri yang berminat untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam menangani masalah kesehatan. UKS ini memberikan teori seputar kesehatan sekaligus pelatihan penanganan langsung kepada para santri. Para kader akan diberikan pengetahuan tentang obat-obat yang dibutuhkan dalam penanganan keluhan sakit. Selain itu para kader poskestren akan diberikan pelatihan penanganan pertama pada masalah kesehatan. Salah satu program unggulan dari Poskestren adalah Posyandu Pesantren (Posengetren), jadi jika kebanyakan posyandu ditujukan untuk para balita maka Posengetren ditujukan pada remaja yang sedang mengalami pertumbuhan. Dengan penghitungan kadar lemak dijumlahkan dengan tinggi badan dan berat badan maka akan memberikan informasi tentang status kesehatan remaja tersebut.
InSantri
InSantri atau inspirasi santri, UKS ini melakukan pengembangan tentang pengolahan media dan informasi. Selain itu, UKS ini juga melatih editing grafis, editing video, jurnalistik, dan fotografer untuk kalangan santri sendiri. Di era revolusi industri 4.0 saat ini, pengolahan media dan informasi sangat dibutuhkan oleh seseorang. Seseorang mampu membuat gebrakan dan perubahan hanya dengan sebuah pengolahan informasi. Diharapkan dengan santri mempunyai kemampuan pengembangan media, maka santri dapat membuat perubahan yang signifikan bagi kemajuan umat Islam sendiri.
Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren)
UKS ini mengembangakan kemampuan pengolahan bisnis dan memberikan pengetahuan tentang ekonomi yang baik kepada para santri. Dengan kemampuan pengolahan bisnis maka diharapkan para santri dapat mempunyai sebuah kekuatan yang dapat memberikan kontribusi kuat kepada umat terhadap masalah ekonomi. Para kader Koppontren akan diberikan pelatihan awal tentang akuntansi dasar untuk mengolah pemasukan dan pengeluaran. Selain itu para santri akan diajari untuk mencari relasi atau hubungan bisnis yang baik dan kuat. Dengan pengarahan pencarian relasi bisnis, maka secara otomatis mereka akan terbentuk pola pikir yang baik dalam hal bisnis dan ekonomi.
Perpustakaan
UKS ini di buat untuk mengontrol dan memberikan pelayanan terhadap minat baca para santri. UKS ini terus mengembangkan bagaimana santri secara luas mempunyai minat baca yang tinggi sehingga nantinya pengetahuan santri tidaklah kalah. Walaupun mereka tidak pernah dan tidak boleh pergi kemanapun, tapi mereka tetap memperoleh informasi tentang dunia luar sebagai bahan pengetahuan mereka.
Penutup
Di era milenial saat ini, pembentukan karakter para generasi muda terutama mahasiswa sangatlah penting. Mereka tidak cukup hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan umum, akan tetapi juga harus dibekali dengan nilai-nilai islami agar memiliki pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, pesantren mengambil peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter generasi muda yang bernafaskan islami. Akan tetapi, predikat “tradisional” yang senantiasa melekat bersama kata pesantren melahirkan stigma negatif bahwa pesantren identik degan keterbelakangan dan anti kemajuan. Maka dari itu, penting bagi pesantren untuk mengembangkan metode pembelajarannya mengikuti perkembangan zaman agar para santri terutama mahasantri tetap dapat mengembangkan pola pikir mereka melalui berbagai kegiatan di pesantren tanpa menjadi gagap teknologi dan ketinggalan zaman namun dengan tetap memperhatikan nilai-nilai islami. Sehingga, setelah lulus dari pesantren para mahasanntri dapat terjun langsung di lingkungan sekitarnya berbekal ilmu pengetahuan umum maupun agama yang telah mereka dapat selama belajar di pesantren.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun. 2004. Pelembagaan Pesantren Asal Usul dan Perkembangan
Pesantren di Jawa. Jakarta: Departemen Agama RI.
Departemen Agama RI. 1984. Seri Monografi Penyelenggaraan Pendidikan
Formal di Pondok Pesantren. Jakarta: Departemen Agama RI.
Dhofier, Zamakhsari. 1985. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES.
Syukron, Muhammad. Tak Cukup Hanya Bisa Baca Kitab Kuning. Salatiga: Suara Merdeka.
Umar, Ahmad. 2015. Dinamika Sistem Pendidikan Islam dan Modernisasi
Pesantren. Semarang: Fatawa Publishing.