pptialfalah.id – Penyerahan dan Pembaharuan IJOP PPTI Al Falah Salatiga dan PP Yashinta oleh Kemenag di aula utama pesantren, Selasa (24/05). IJOP (Ijin Operasional Pesantren) merupakan sertifikat yang diberikan kepada pesantren-pesantren di Indonesia sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan Pesantren.
Dalam acara penyerahan IJOP ini, K.H. Maksum memberikan sambutan sebagai pengasuh menyampaikan bahwa pondok pesantren sendiri merupakan lembaga tertua di Indonesia. Dengan demikian, pesantren harus bisa memberikan kontribusi yaitu dengan melahirkan generasi yang tawakal dan amanah.
“Semoga pondok pesantren yang ada di Indonesia terutama Al Falah ini bisa selalu amanah dalam mengemban pendidikan, dan mempunyai prinsip berotak Jerman, berhati Makkah,” dawuh K.H. Ma’shum.
Dalam penyerahan tersebut Kakanwil Kemenag Kota Salatiga K.H. Taufiqurrahman menyampaikan sambutan yang berintikan bahwa dengan terbitnya IJOP PPTI Al Falah dan PP Yashinta tersebut maka proses administrasi dan pembelajaran di pondok pesantren dapat berjalan lancar.
“Bahwa IJOP ini adalah bukti, bahwa pesantren Al Falah ini layak untuk melanjutkan perjuangan pendidikan, sehingga melahirkan generasi yang produktif dalam berbagai bidang,” tutur K.H. Taufiqurrahman.
Sambutan yang ketiga oleh Ketua PCNU Kota Salatiga K.H. Muslih, juga menyampaikan terkait penyerahan IJOP ini. Pertama, beliau ikut bangga karena Al Falah ini telah mendapatkan IJOP dalam kaderisasi agama dan pendidikan. Kedua, karena adanya program unggulan seperti tahfidz, jejaring sosial (networking) itu menjadikan pesantren Al Falah layak mendapatkan ijin operasional pesantren.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan Piagam Statistik Pesantren (PSP) oleh Kakanwil Kemenang Kota Salatiga kepada Pengasuh Al Falah dan PP Yashinta. Acara penyerahan IJOP berakhir dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh K.H. Ma’shum dan sesi foto bersama.
“Dalam pesantren itu tidak hanya mencari ilmu, tetapi juga barokah, karena barokah itu tidak terlihat maka santri-santri itu harus bisa menjaga hubungan dengan ustad-ustadnya dhahir dan batin,” pungkas K.H. Ma’shum.