pptialfalah.id – Sekitar 250 santri Al Falah berangkat zarkasyi (ziarah dan rekreasi) pada Rabu malam kemarin (27/07). Setelah sebelumnya sekitar 300 santri beserta keluarga ndalem dan jajaran asatidz telah berangkat terlebih dahulu pada kloter pertama. Para santri menyambut kegiatan zarkasi ini dengan antusias, mengingat zarkasi ini merupakan agenda 2 tahun sekali dan yang paling di nanti-nanti.
Pada zarkasyi kali ini, panitia memilih Madura dan Surabaya sebagai lokasi ziarah dan Lamongan sebagai lokasi rekreasi. Perjalanan di mulai pada tanggal 27 malam, dengan tujuan pertama makam Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Di masyarakat santri, Syaikhona Kholil juga masyhur sebagai waliyullah. Seperti cerita Wali Songo, banyak cerita kelebihan di luar akal atau karamah Syekh Kholil terkisah dari lisan ke lisan, terutama di lingkungan masyarakat Madura.
Salah satu karamah beliau adalah pada suatu hari, saat salat jamaah yang imamnya merupakan seorang kiai pengasuh pesantren tempat Syekh Kholil muda mencari ilmu, ia tertawa cukup keras. Setelah selesai salat sang kiai menegur Syekh Kholil muda atas sikapnya tersebut yang memang tidak terpuji dalam Islam. Ternyata Syekh Kholil muda masih terus tertawa meskipun kiai sangat marah kepadanya. Akhirnya ia menjawab hal yang menyebabkannya tertawa keras, bahwa ketika sholat berjamaah berlangsung dia melihat sebuah berkat (makanan dari acara kenduri) di atas kepala sang kiai. Mendengar jawaban tersebut sang kiai sadar dan malu. Karena sang kiai ingat bahwa selama salat berlangsung dia merasa tergesa-gesa untuk menghadiri kenduri yang mengakibatkan salatnya tidak khusyuk.
Syaikhona Kholil merupakan guru dari banyak kiai dan ulama besar di Indonesia seperti K. H. Kasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama, pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang), K. H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K. H. Abdul Wahab Hasbullah (pengasuh pondok pesantren Tambak Beras jombang), K. H. Ma’sum (Lasem, Rembang), dan masih banyak lagi.
Di makam Sunan Ampel Surabaya, saya dan tim berkesempatan bertemu dengan abdi ndalem sunan, Bapak Mustajab. Beliau bercerita tentang sunan ampel, murid-murid beliau serta dakwah beliau. Moh limo atau Molimom Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu, yaitu Moh Mabok (tidak mau minum minuman keras, khamr, dan sejenisnya), Moh Main (tidak mau main judi, togel, taruhan, dan sejenisnya), Moh Madon (tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian, dan sejenisnya), Moh Madat (tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya), dan yang terakhir Moh Maling (tidak mau mencuri, korupsi, merampok, dan sejenisnya). Beliau juga menginformasikan tentang adanya lonjakan pengunjung setelah meredanya covid, mengingat saat maraknya covid kawasan makam sempat di tutup dan pengunjung yang juga terbatasi.
Yang di nanti pun tiba, semua peserta terlihat bersemangat ketika bus telah sampai di halaman WBL. Setelah Salat Dhuhur dan makan siang, peserta bergegas masuk ke WBL untuk bermain dan mencoba wahana yang ada. Pengunduran jam keberangkatan ternyata tidak menyurutkan semangat dan kebahagiaan peserta. Buktinya, wajah puas dan bahagia terlihat setelah keluar dari WBl, bahkan setelah sampai di pondok.
“Tentunya tujuan (zarkasyi) ini untuk healing santri. Karena kita tau anak-anak santri juga membutuhkan refreshing karena sudah melaksanakan rangkaian haul yang begitu melelahkan karena semua santri andil dan berpartisispasi untuk mensukseskan acara haul, sehingga kami rasa zarkasyi ini sangat di nanti-nanti oleh santri-santri untuk ajang refreshing mereka,” tutur Assegaf selaku ketua panitia zarkasyi tahun ini.