Di suatu malam yang temaram, berpendarlah sinar rembulan
Kerlip cahaya bintang menghiasi langit Al Falah, rasaku padamu semakin membuncah
Angin malam yang sejuk, menjadikan rindu ini semakin tak terperi
Padamu Yaa Syaikhona Zoemri, cintaku kan selalu bersemi
Bertemu denganmu, bersua denganmu adalah harapan kami
Menatap wajah teduhmu adalah mimpi di setiap bunga tidur kami
Kami lah santrimu, yang belum pernah bertemu denganmu dan mendengarkan dawuhmu
Namun, rindu kami lebih besar dari manapun ombak yang menerjang karang lautan
Sang Kyai…
Empat tahun sudah bayangmu pergi, namun kisahmu adalah kisah abadi yang selalu kami nanti
Ya, Syaikhona…
Pengukir ruh dalam dada, sholat malammu hanyalah tentang tangis dan doa,
Untuk kami para santri nakal yang tak mengerti besarnya pengorbanan
Bapak…
Bagimu dunia hanyalah apa yang tak ada artinya
Hidupmu sederhana,
Bukan tentang TV, HP, mobil, atau apapun yang mewah dan wah…
Engkau ajari kami menjadi insan yang suka memberi,
Bahkan untuk hal yang paling kami cintai…
Ya, Abah Zoemri..
Sikapmu adalah teladan
Cerminan bahwa kebersihan adalah bagian dari iman
Kata siapa engkau kasar?
Tidak. Engkaulah Abah Yai kami yang tegas namun penuh kelembutan
Mendengarkan petuahmu adalah kedamaian penuh kasih sayang
Duduk bersanding denganmu adalah kesejukan yang mendamaikan
Melaksanakan titahmu adalah ketenangan yang membahagiakan
Bapak…
Bagimu mengaji hal yang paling utama di atas segalanya
Sakit, lelah, bukanlah alasan untuk menyerah
Merangkak, tertatih menuju kelas adalah bukti cintamu akan ilmu,
Cintamu pada kami, santri yang tak tahu diri…
Ya, Syaikhona…
Sabtu, 3 Oktober 2015
Menjadi subuh yang paling mencekam
Langit Al Falah gelap tak lagi cerah…
Bapak…
Engkau pergi tiba-tiba
Tinggalkan kami dengan duka dan air mata
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’a fihi wa’fu ‘anhu
Ridhomu adalah harapan terbesar kami,
Akui kami mejadi santrimu, Bapak…
Hadirlah disetiap mimpi, tuk obati segala rindu ini…