#dipondokaja menjadi tagar PPTI Al Falah Salatiga ditengah-tengah wabah corona yang mulai menjangkit beberapa negara di belahan bumi. Himbauan social distancing (menjaga jarak dalam interaksi fisik) tengah dikampanyekan oleh pemerintah dalam rangka meminimalisir penyebaran virus ini. Melalui media-media, pemerintah mengajak dan menganjurkan kepada masyarakat untuk tidak berkumpul dalam jumlah besar. Hal ini dilakukan sebab dalam pantauan pemerintah, sudah ada beberapa daerah di Indonesia yang melaporkan dugaan kematian karena virus corona. Data terakhir, hingga Ahad (22/3) jumlah kasus virus corona (COVID-19) di Indonesia sudah memasuki angka 514 dengan jumlah kematian 48 pasien dan 29 pasien dinyatakan sembuh. (sumber: jawapos.com)
Himbauan social distancing di Kota Salatiga, mulai berlaku sejak Senin (16/03) sampai nanti Ahad (29/03). Selama empat belas hari itu juga, aktivitas pendidikan di berbagai jenjang di Kota Salatiga diganti menjadi sistem daring (dalam jaringan). Di PPTI Al Falah sendiri, santri-santri dianjurkan untuk tidak keluar pondok guna menyukseskan himbauan dari pemerintah tentang social distancing ini. Pihak pesantren merespon kebijakan pemerintah ini dengan melakukan ikhtiar pembagian handsanitizer dan juga mengarantina santri. Para santri di karantina di pesantren mulai tanggal 16 Maret 2020 sampai 28 Maret 2020, sesuai dengan surat edaran yang dikeluarkan oleh Pesantren.
Namun dibalik kebijakan social distancing ini, berbagai kegiatan pesantren tetap berjalan seperti biasa. Bahkan, panitia Isra’ Mi’raj mengadakan berbagai lomba untuk memeriahkan acara Isra’ Mi’raj di pesantren tahun ini. Lomba-lomba ini tentunya membutuhkan interaksi fisik dari antar peserta, seperti lomba futsal, voli, tarik sarung, dan juga estafet karet. Tentu hal-hal tersebut berkebalikan dengan apa yang dikampanyekan pemerintah mengenai esensi dari social distancing.
Bagaimana pendapat dari pembaca? Beri tanggapan untuk artikel ini.