Oleh: Komplek RUQ
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua dan juga menjadi salah satu bentuk kebudayaan asli Indonesia. Mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah pondok pesantren, terutama bagi orang-orang yang bertempat tinggal di negara Indonesia. Selain menjadi salah satu kebudayaan asli Indonesia, pondok pesantren juga merupakan pendidikan tertua yang khas. Jumlah pondok pesantren di Indonesia tahun 2022, kini sudah tercatat mencapai puluhan ribu. Tercatat pada laporan kementrian agama bahwa jumlah pondok pesantren di Indonesia per-Oktober 2022 telah mencapai angka 34.562 dan provinsi Jawa Barat sebagai satu-satunya provinsi yang ada di Indonesia menyumbang pondok pesantren terbanyak. Dari sekian banyaknya pesantren yang tersebar dari berbagai wilayah di negara Indonesia, pesantren merupakan satu- satunya lembaga pendidikan yang dipercaya oleh banyak masyarakat muslim Indonesia. Selain itu, pesantren memiliki sumbangsih terbesar dalam mencetak kader muda bangsa. Begitupula pesantren juga memiliki kontribusi penting ikut mencerdaskan bangsa. Seperti yang sudah di tegaskan dan tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang terangkum menjadi bagian tujuan dari bangsa Indonesia dengan dibuktikan banyaknya santri yang menimba ilmu di pondok pesantren sampai saat ini.
Selain sebagai tempat pendidikan pembinaan moral kesalehan santri, serta pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, pesantren juga memiliki kontribusi besar terhadap bangsa Indonesia. Pesantren seyogyanya melakukan diversifikasi keahlian praktis tertentu seiring berkembangnya IPTEK, terutama untuk pesantren itu sendiri, para santri, bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia. Dengan lebih mengedepankan bagaimana cara pesantren menjadi pelopor untuk menciptakan santri sebagai generasi unggul, inovatif, dan menjadi agen perubahan dalam setiap kemajuan era. Bukan sebagai generasi yang terkurung dalam jeruji penjara. suci dan menyebutnya sebagai
konotasi yang tertinggal. Oleh karena itu, pesantren memiliki tanggung jawab paling penting serta menjembatani santri menuju bangsa dalam peradaban yang lebih maju.
From Santri For The Country
Istilah dari From Santri For The Country merupakan sebuah inovasi bahwa dalam rangka membangun suatu bangsa yang besar dan mandiri di masa yang akan mendatang, tidak perlu menunggu datangnya pemimpin yang mengangkat mereka dari keterpurukan. Seperti yang sudah ditegaskan pada penggalan ayat 30 dalam Q.S Al- Baqarah, yang artinya:
“Ingatlah ketika Allah SWT berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan manusia (perempuan dan laki-laki) sebagai Khalifah di bumi”. (Q.S Al-Baqarah [2]: 30).
Menjadi pemimpin tidak harus terlebih dahulu mengangkat seseorang untuk menjadi kepala suatu delegasi ataupun lainnya. Suatu bangsa yang masyarakatnya dituntut untuk bekerja keras dengan upaya membangun “generasi baru” yang akan melahirkan pemimpin yang berkualitas. Menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin bangsa yang saat ini sangat di antu-antu kehadirannya.
Sejarah telah membuktikan bahwa santri selalu ada dalam fase perjalanan Indonesia. Ketika Indonesia memanggil, santri tidak pernah mengatakan tidak. Saat ini, banyak yang mengatakan bahwa santri di antar-hubungkan dengan resolusi jihad dan disitu para santri tercatat mempunyai andil cukup besar dan dijadikan sebagai barisan yang ditempatkan pada garda terdepan. Resolusi jihad sendiri diartikan sebagai menyatakan perjuangan untuk merdeka yang dipelopori oleh K. H. Hasyim Asy’ari. Namun dalam konteks ini santri tidak hanya menjaga maupun melindungi negaranya, akan tetapi santri juga berprinsip bahwa menjaga martabat manusia atau “hifdzunnafs” juga merupakan esensi ajaran agama. Karena menjaga martabat kemanusiaan juga berarti menjaga negara Indonesia.
Kehadiran santri tentulah akan membawa banyak dampak perubahan dari masa ke masa. Baik untuk agama maupun negara. Santri dan pondok pesantren mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk bangsa dan negara sekaligus memerdekakan bangsa Indonesia dari kaki tangan belenggu eksistensial dan ketidakadilan para penjajah. Baik dari penjajah eksternal maupun penjajah internal (diri sendiri).
Santri Berdaya, Berkarya, Potret Insan Multitalenta
Santri itu berdaya, santri berkarya, santri serba bisa, dan santri pondok pesantren itu hebat bermartabat, itulah yang terlintas dari pemikiran penulis mengenai santri dan dunia pesantren. Menjadi satu-satunya peran utama dari sekian drama dalam latar kehidupan kepesantrenan. Santri merupakan sebutan bagi seorang pelajar atau seorang yang menimba ilmu yang berada di ranah pesantren dan juga menjadi penopang berdirinya pondok pesantren. Didalam pondok pesantren, santri didik untuk disiplin dan mandiri. Mulai dari beribadah, mengatur waktu, dan hidup sederhana.
Berdaya sendiri diartikan sebagai berkemampuan atau kemampuan melakukan sesuatu dan bisa juga disebut sebagai kemampuan bertindak untuk mengatasi masalah. Berdaya juga mengandung makna bahwa santri dan segala kemampuannya, bisa menjadi apa saja. Santri sejak dulu memang didik untuk mendalami hal ilmu agama. Namun, santri masa kini tidak hanya ahli dalam ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejarah telah mencatat bahwa santri sudah memiliki kesadaran dalam pemikirannya serta dirinya bahwa ia mengemban amanat yang diberikan oleh agamanya dalam skenario perubahan serta skenario pembebasan. Tidak hanya itu, negara juga sudah menemukan Entitas yang memiliki kemampuan “Religion Language” dan “Country Language”. Dan santrilah yang dapat memahami antara kedua konteks tersebut. Oleh karena itu, santri dipercaya sebagai leader didalam negara, karena santri yang dapat mengkombinasikan antara language kedua-duanya yang disimpulkan dalam tujuan agama dan negara. Sebagai orang yang mempelajari ilmu agama, santri juga memahami bahwa Agama tidak menurunkan martabat manusia, melainkan santri berprinsip bahwa menjaga martabat kemanusiaan merupakan esensi ajaran agama.
Sering dikenal bahwa santri sebagai sosok yang pandai baca kitab kuning dan menghafal Al-Qur’an saja. Banyak yang beranggapan bahwa santri hanya orang-orang yang ketertinggalan pada era digital native. Namun, apabila kita gali lebih dalam mengenai fakta-fakta dari santri, tentu akan menghasilkan data seperti hubungan medan magnet apabila disatukan dalam berbeda jenis kutub yakni Utara dan Selatan, tentu akan saling bertolak belakang ataupun berlawanan. Sejatinya, banyak potensi yang dapat digali dalam diri santri. Salah satunya melalui proses kreatifitas dalam berkarya. Dapat diklasifikasikan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang masih terlintas dari setiap pemikiran orang.
Apakah santri bisa mengembangkan kreatifitas dalam berkarya melalui minat dan bakatnya?
Perlu digaris bawahi, bahwa santri, semakin hari, tuntutan santri semakin banyak tanpa memandang dari pesantren salaf atau modern. Bukan hanya tuntutan dalam memperdalami ilmu agama saja, namun santri juga dituntut untuk mengembangkan kreatifitasnya dengan cara minat dan bakatnya. Pesantrennlah tentunya yang akan menjadi pelopor menyalurkan minat bakat santri. Menjadi santri itu bukan perkara remeh. Apalagi saat ini santri lebih dikenal dengan sebutan santri milenial. Tidak jauh dari peradaban ilmu pengetahuan yang semakin maju. Bukan seperti anggapan yang tanpa dilandasi footnote. Untuk menjawab tantangan peradaban, santri harus memiliki dan mampu berkreativitas. Berbekal ilmu agama yang sudah diipelajari, menggali potensi untuk berkarya melalui minat dan bakatnya menjadi lebih mudah. Pesantren pun mau tidak mau harus mengasah dalam talenta yang dimiliki santri.
Santri, manusia serba bisa. Santri menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Santri juga belajar secara (universal). Dapat dibuktikan santri di era sekarang juga menyandang atau berstatus sebagai mahasantri atau santri saja, namun juga berstatus sebagai siswa maupun mahasiswa. Disini kaum santri juga belajar mengenai ilmu-ilmu dasar seperti pada bidang literasi, politik, teknologi komunikasi, serta pelajaran formal maupun non-formal lainnya.
Perlu diketahui bahwa pesantren menjadi salah satu urgensi dalam mengembangkan potensi setiap santri. Banyak cara yang dilakukan pesantren untuk mengembangkan potensi para santri. Salah satunya adanya sarana pra sarana ataupun berbagai macam kegiatan sebagai wadah untuk pengembangan potensi santri yang telah di tunjukkan pada sebagian besar pesantren yang ada di Indonesia. Adanya berbagai macam kegiatan yang disediakan oleh pondok pesantren seperti berbagai event lomba, ruang literasi bagi santri yang mengembangkan potensi dalam bidang kepenulisan, jurnalistik, koperasi sebagai wadah untuk meningkatkan enterpreneur santri, serta masih banyak lagi.
Perlu kita ketahui bahwa sebutan santri bukanlah hanya seseorang yang dianggap sebagai orang yang mondok atau yang tinggal di pesantren saja. Akan tetapi, siapapun yang memiliki akhlak seperti santri, maka disebut juga seorang santri. Bukan hanya potensi, kreatifitas, ataupun kemampuan lain yang dimiliki oleh setiap santri. Santri harus bijak dalam menyikapi perkembangan zaman. Santri tetap Istiqomah berpegang teguh pada kaidah “Almuhafazhatu ‘ala qadhim al-shalih wa al-akhzu bi al-jadid al-ashlah” (Menjaga budaya lama yang masih memiliki hubungan atau selaras sembari menyesuaikan dengan budaya modern yang lebih baik). Perlu digaris bawahi bahwa hal yang paling mendasar tetap terletak pada akhlak. Karena akhlak merupakan ciri khas santri yang mendasar.
Oleh karena itu, santri tetap harus mempertahankan kepribadian santri yang saat ini menjadi pegangan. Menjaga martabat setiap manusia menjadi hal penting disamping bermacam-macam keahlian yang sejatinya dimiliki oleh santri. Perlu kita sadari bahwasannya kemajuan bangsa terletak pada masing-masing karakter penduduknya, keunggulan cara berpikir, sinergi menjadi pemimpin yang dilandasi karakter yang berbudi luhur. Dan pesantrenlah menjadi cikal bakal serta pelopor yang melahirkan generasi pemimpin masa depan dalam mengubah peradaban.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul, dkk. 2018. Intelektualisme Profetik. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.