Gemising bedil melengking di rerumpun serandam dan kebun jagung
Lelaki, muda, mamak tuah, serta datuk buyut terpontang mengayun golok, cangkul, beserta tulup jarum
Lawan leluasa bertiup api, kita bersuka rela meniadakan nyawa dengan senjata yang tak lesat di leher tak iris di tangan
Bertumbang pun sekian ribu badan yang tak sempat di tangisi dengan sedan
Wahai lamanya waktu itu menanti sebuah bendera yang bernama merdeka
Puasnya derita di jiwa yang lambat susut di jari dan memar nyala di hati
Betapa sulit makan sukar dicari sedang gemoncang perang tak kunjung usai dan tak kunjung jawab keilhamannya
Maka, saat harapan itu benar-benar dikabulkan, bungahlah kesenyapan jiwa yang dulu banyak mengadu dalam bisunya
Hati yang faqir kayalah masa itu, sebab kekayaan sesungguhnya tak akan dapat di rela sekali lagi
Tak sampai akal bangsa ini akan di lepas kemudian
hari, seharga apapun, kepada siapapun
Wahai, Bangsaku, yang cawan hidupnya penuh polesan darah
Tibalah lagi kau di harimu yang penuh hikmat lagi bersiram rahmat
Merdekalah, merdekalah kau sesuka hati!
Oleh: Ahmad Hamam Ali
Juara 1 Lomba Puisi Kemerdekaan 2022 oleh In_Santri
