pptialfalah.id – Film “Dari Aku Yang Hampir Menyerah” menggambarkan isu permasalahan yang kerap dialami oleh remaja zaman sekarang. Sutradara dari film ini, yaitu Khoirul Trian menggarap film yang bergenre slice of life berdurasi 19.24 ini dengan sangat baik, sehingga mampu membuat remaja khususnya, lebih sadar untuk lebih baik lagi dalam menghadapi masalah. Berikut review film yang diadaptasi dari buku “Dari Aku Yang Hampir Menyerah” karya Khoirul Trian.
Sinopsis
Kania, seorang anak perempuan yang kehilangan rumahnya. Hidup dalam rumah yang isinya hanya pertengkaran orang tua hingga berujung pada perceraian. Ketika ayahnya membuatnya memilih, Kania memilih dirinya sendiri. Sebab tak ada lagi rumah yang bisa ia jadikan tempat untuk pulang.
Kekecewaan Kania pada orang tuanya bahkan membuat ia enggan pulang ketika ibunya meninggal. Walau dipaksa pulang oleh Ghani, kekasihnya, ia tetap enggan. Sebab ia sudah kehilangan makna pulang. Ia lupa jalan pulang.
Ulasan
Film pendek adaptasi buku “Dari Aku yang Hampir Menyerah” karya Khoirul Trian ini menyajikan perasaan seorang anak broken home dengan epik. Perasaan yang disajikan tersampaikan dengan baik kepada penonton. Bagaimana bisa rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang, bersandar dan istirahat dari kerasnya dunia, malah menjadi tempat yang menciptakan luka paling menyakitkan? Jika rumah kita saja hancur, lantas keman lagi kita harus menetap?
Pesan yang ingin disampaikan penulis juga tersampaikan dengan baik melalui dialog-dialog dari tokoh Ghani. Bahwa, kita boleh hancur, tetapi bertahan adalah suatu kewajiban. Kalau dunia selalu memilih kamu menjadi tokoh yang banyak lukanya, itu artinya memang hanya kamu yang kuat melaluinya.
Namun, akhir ceritanya masih menimbulkan tanya. Apakah akhirnya Kania mampu berdamai dengan lukanya? Atau justru ia keras kepala dan tetap pada pendiriannya yang tak mau pulang? Kisahnya dibiarkan menggantung. Beberapa penonton mungkin penasaran tentang bagaimana proses Kania menerima segala luka dan melanjutkan hidupnya.
Dari sisi sinematografi, masih ada beberapa adegan yang belum stabil angel kamera dan pergerakannya, seperti pada adegan ketika Ghani memberi nasihat pada Kania.
Film pendek ini cocok sekali ditonton untuk berbagai kalangan, khususnya bagi para pembaca buku “Dari Aku yang Hampir Menyerah”. Overall, semuanya sudah dikemas dengan cukup baik. “Isi kepala kita ramai, tapi yang kita genggam hanya kesendirian“
Penulis : Nur Atikah H. (Anggota Komunitas Literasi Santri)