Beranda Artikel Cara Tepat Menghafal Dengan Cepat

Cara Tepat Menghafal Dengan Cepat

867
1

Setiap santri Pondok Pesantren identik dengan hafalan dan muraja’ah. Baik itu menghafal Al-Qur’an, Alfiyah, Imrithi maupun kitab lainya. Kegiatan tersebut sebagai patokan dan ukuran kenaikan kelas santri. Jika tidak bisa menghafalkan sejumlah ayat atau nadzam sesuai target, santri harus tinggal kelas dan mengulang.

Sayangnya kegiatan menghafalkan justru membebani mereka. Banyak santri yang mengeluhkan mengenai kegiatan ini. Mereka merasa hafalan adalah kegiatan yang sangat memberatkan. Bahkan sampai ada kasus santri yang meminta boyong akibat terlalu banyaknya hafalan. Problematika yang mereka keluhkan ketika menghafal antara lain susahnya hafalan itu masuk, hilangnya hafalan yang telah mereka hafal, juga hafalan yang tidak sempurna. Namun sayangnya, tidak sedikit dari santri atau masyarakat pada umumnya mengetahui sebab mereka tidak bisa menghafalkan dengan cepat dan tepat.

Menurut Dr. Aisyah Dahlan, Cht, menghafal adalah kegiatan yang berhubungan dengan organ manusia bagian atas, tepatnya otak. Otak manusia tersusun dari lemak yang berbentuk lipatan-lipatan. Jika dilihat lebih mendalam lagi, setiap unsur lipatan merupakan gabungan dari syaraf-syaraf yang terdiri dari neuron dan dendrit sebagai batang. Uniknya lagi, mereka akan saling terhubung namun tidak menempel satu sama lain. Pemisahnya yaitu struktur kimia seperti listrik yang meletup atau disebut juga neurontransmiter. Sambungan synapes inilah yang menyebabkan manusia mampu menerima dan menghafal informasi. Informasi yang diterima dikirim lewat barisan dendrit dan diteruskan melalui antar neuron. Garis-garis yang terkoneksi ini berisi informasi dan akan menebal jika informasi itu terulang. Itulah sebabnya orang yang menghafalkan mengulang-ulang hafalanya agar dapat terbentuk jaringan yang semakin tebal. Jika ada hafalan baru, akan terbentuk garis baru yang masih tipis. Untuk menebalkanya, diperlukan pengulangan. Seperti itu sampai tersusun garis yang menebal.

Untuk itu, agar tercipta hafalan yang mudah masuk dan menetap diperlukan pengulangan saat menghafalkan. Serta dengan menyetorkan atau menyimakkan hafalan kepada orang lain. Karena dalam kondisi ini, hafalan yang dimiliki bukan hanya sebatas lisan namun sudah sampai pada hati. Hal ini juga untuk mengatasi kondisi saat mereka menyetorkan hafalan kepada ustadz/ustadzah, tiba-tiba hafalan mereka hilang atau lupa.

Keadaan otak yang rileks akan mempermudah proses menghafalkan Karena informasi yang di terima hanya satu, bukan bercabang. Lain halnya dengan orang yang memiliki beban saat menghafalkan. Otak akan menerima semua informasi dan menjadikanya beberapa garis tipis yang bercabang. Tidak jarang jika santri yang menghafalkan dalam keadaan sepi dan menyendiri. Namun, Jika keadaan tidak memungkinkan, cobalah menciptakanlah keadaan itu sendiri. Dengan berlatih berkonsentrasi saat lingkungan tidak mendukung.

Selain kesiapan dan keadaan lingkungan, agar tidak jenuh dan bosan dalam menghafal Al-qur’an dan sebagainya, juga memerlukan variasi dalam menghafalkan. Seperti menghafal dengan gerakan fisiotik maupun membayangkan arti ayat atau bagian yang akan mereka hafal. Karena dalam proses tersebut melibatkan kerja otak kanan dan kiri. Membaca adalah job disk otak kiri, sedangkan membayangkan atau ilustrasi merupakan pekerjaan otak kanan. Jika keduanya berpadu dalam kesatuan, akan tercipta memory yang mudah masuk dan membekas. Variasi yang lebih cepat lagi adalah menghafal dengan mengetahui artinya. Karena saat otak manusia mengenali bahasa keseharianya, jaringan yang sudah lama terbentuk akan datang dan menebal. Lain halnya jika bahasa itu asing, otak harus menumbuhkan garis baru untuk menyimpannya, kemudian menebalkannya.

Kunci menghafal dengan cepat dan tepat

Menghafalkan Al-Qur’an (Alfiyah, dsb) ialah cara untuk memperoleh karunia-Nya. Setiap individu pasti akan mengalami bosan, jenuh dan lelah. Untuk itu selain variasi menghafalkan juga tetap berdoa kepada pencipta Al-Qur’an, meminta kemudahan serta bimbingan-Nya. Ada juga beberapa amalan atau syahadah agar memudahkan hafalan, seperti memperbanyak bacaan istighfar. Menurut maqolah  Imam syafi’i “Al-ilmu nurun wa nuurullahi la yuhda lil ‘ashy”. Untuk itu, tidak akan masuk ilmu seseorang jika masih banyak dosa. Juga amalan lain yang mereka peroleh dari guru masing-masing.

Wallahu a’lamu.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini