Beranda Berita Rutinan Selapanan, Cara Menggandeng Masyarakat Tetap Mengaji Bersama Santri

Rutinan Selapanan, Cara Menggandeng Masyarakat Tetap Mengaji Bersama Santri

1250
1

pptialfalah.id – Ahad (19/09) bertempat di Masjid Klenteng Salatiga, Pengurus Masjid Klenteng Kota Salatiga kembali mengadakan pengajian rutinan selapanan seperti biasanya.

Ini merupakan acara rutin yang diadakan setiap ‘selapan’ sekali. Lebih tepatnya setiap Ahad Pon menurut perhitungan Jawa. Hadirinnya dari seluruh santri PPTI Al Falah, masyarakat sekitar, serta santri Ma’had Entrepreneur yang bertempat di Kompleks Masjid Klenteng.

Kegiatan rutinan ini bertujuan untuk menggandeng masyarakat tetap mengaji bersama santri. Juga untuk menanamkan dan menelaah kembali pesan-pesan al-Qur’an dalam hati dan pikiran.

Acara diawali dengan simaan al-Qur’an oleh Madrasah Huffadz RUQ Al Falah Salatiga. Kemudian lantunan shalawat dari Kidung Lelono, dan pengajian Tafsir al-Ibriz oleh K.H. Ma’shum.

Dalam mauidzoh hasanahnya, K.H. Ma’shum menuturkan penjelasan Qur’an surah Al-Baqoroh  ayat 30, mengenai bentuk protes malaikat terhadap Allah yang menciptakan khalifah baru di bumi.

“Allah yang menciptakan dan mengatur semuanya sendiri, ingin membuat peradaban baru saja diprotes oleh Malaikat apalagi kita yang hanya sebatas manusia,” tutur K.H. Ma’shum.

Maksutnya, orang yang mengaku iman dan berbuat baik pasti akan mendapatkan cobaan dan ujian dari Allah SWT. Termasuk ujian ialah celaan orang lain, ataupun tanggapan yang kurang menyenangkan.

K.H. Ma’shum juga mencontohkan seperti kisah Kiai Barseso yang ahli ibadah namun berujung syirik pada akhir hayatnya.

Kiai Barseso ialah sosok ahli ibadah selama 200 tahun yang berhasil terperangkap oleh godaan iblis. Beliau tergoda oleh iblis yang berpura-pura menjadi ahli ibadah selama 3 bulan.

Singkatnya, setelah melalui dialog Kiai Barseso mengikuti arahan iblis untuk melakukan dosa-dosa yang terlarang. Yaitu bermula dengan minum minuman keras sehingga kehilangan kesadaran. Akhirnya tergoda dan menjamah gadis yang menjaga toko minuman tersebut. Kemudian mengakhiri dengan membunuhnya.

Dalam akhir hidupnya, Kiai Barseso wafat dalam keadaan syirik saat hukuman gantung karena lebih mempercayai iblis daripada Allah.

Demikianlah pentingnya kita tetap mengaji dan menelaah Al-Qur’an lebih dalam agar lebih memahami ibroh dan pelajaran yang ada dalam al-Qur’an.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini