Tradisi merupakan sebuah aspek yang turun temurun berupa pola pikir ataupun tata nilai yang diperoleh dari warisan masa lalu. Perkembangannya bersifat kontinu dan tidak terputus. Oleh karena itu, kebudayaan maju menjadi penyebab terciptanya akar yang kuat dalam tradisi dan sejarah bangsa itu sendiri.
Berbicara mengenai tradisi di era gempuran perkembangan zaman dan teknologi pada masa ini, mungkin kebanyakan sebuah tradisi mulai memudar. Namun tidak dengan salah satu tradisi yang dimiliki oleh pondok pesantren, yakni tradisi ngaji kilatan atau ngaji pasan.
Ngaji kilatan sendiri merupakan ngaji kilat atau secara cepat pada bulan Ramadan. Jika biasanya satu kitab khatam dalam waktu setengah tahun sampai satu tahun, ngaji kilatan hanya butuh waktu sekitar 20 hari untuk khatam, tergantung setiap pondok pesantren. Ngaji kilatan ramadan memiliki ciri tersendiri di berbagai pelosok pondok pesantren di Nusantara, salah satunya adalah sistem bandongan dan tabarukkan. Tradisi ini terus berkembang, sebagai bukti kekayaan dan keluasan ilmu para ulama. Di tengah arus perkembangan zaman, ngaji kilatan berlangsung dengan beragam penyesuaian, termasuk dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Selain itu, ngaji kilatan juga menjadi wahana bagi para santri untuk ngalap berkah kepada kiai khos. Tradisi ini bagus untuk dikembangkan dan dilestarikan pada suatu pesantren. Selain sebagai media pembentukan karakter, tinggal di pesantren juga bisa menciptakan suatu kebiasaan yang baik dan pembentukan akhlak yang luhur. Karena kehidupan di pesantren sangat memperhatikan mulai dari hal-hal kecil sehingga santri bisa terbiasa hidup berdampingan dengan ajaran Nabi dan juga Al-Quran.