Beranda Artikel Kolak, Si Manis Nan Filosofis

Kolak, Si Manis Nan Filosofis

750
0
Kolak, Si Manis Nan Filosofis

Kolak merupakan salah satu hidangan ikonis bulan Ramadan. Dibalik rasa manisnya yang khas dan isiannya yang beragam, kolak menyimpan filosofi yang menarik. Kolak merupakan salah satu media dakwah para ulama atau wali di Pulau Jawa pada zaman dahulu.

Menurut Fadly Rahman dalam bukunya Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, nama kolak sendiri dipercaya berasal dari bahasa Timur Tengah yaitu Khalik yang memiliki arti Sang Pencipta. Dalam hal ini merujuk pada Allah Swt. Secara tersirat, kolak menganjurkan penikmatnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. (dikutip dari validnews.id). Pendapat lain mengatakan bahwa kolak berasal dari kata Khala yang berarti kosong yang maknanya mengosongkan diri dari dosa.

Selain penamaannya yang begitu filosofis, isian dalam kolak pun punya makna tersendiri. Isian yang khas dari kolak adalah pisang kepok dan ubi. Pisang kepok atau kapok yang dalam bahasa Indonesia berarti jera, mengajarkan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa. Isian kedua adalah ubi atau orang jawa menyebutnya telo pendem. Para wali pada zaman dahulu mengajarkan agar selalu ingat pada kematian, karena pada akhirnya manusia akan meninggal dunia dan dikubur dalam tanah atau dipendem.

Dalam pembuatannya, kedua bahan utama tersebut dimasak bersama santan. Penyebutan santan dalam bahasa jawa adalah santen yang dekat pengucapnnya dengan kata pangapunten atau permohonan maaf. Sehingga makna filosofisnya adalah agar kita senantiasa memohon maaf atas kesalahan dan kekhilafan kita kepada Allah Swt.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini