Hari ini, pondok terlihat ramai. Namun, keramaian itu tidak membuat Rasya merasakannya. Baginya, ramai ataupun sepi sama saja. Tidak ada yang istimewa ataupun spesial.
Rasya berjalan pelan menuju kamarnya. Kehidupan di pondok pesantren jauh dari ekspektasinya. Dulu Rasya berpikir jika di pondok mungkin dia bisa mengenal teman dari banyak daerah supaya bisa saling bertukar informasi dan menambah wawasan. Di kamarpun Rasya tidak bisa berbuat dengan baik. Hanya dengan Kayla dia bisa bertukar pikiran. Itupun sangat jarang.
Semuanya bermula tiga bulan yang lalu. Beberapa teman angkatannya menjauhi Rasya tanpa alasan yang jelas. Karena hal tersebut, Rasya menganggap dirinya tidak punya teman. Jauh sebelum hari yang ramai menjadi hari yang biasa saja, Rasya pernah dikelilingi oleh teman yang banyak. Akan tetapi karena sikapnya, satu persatu dari teman-teman Rasya menjauhinya. Ada sesuatu yang kurang baik dari Rasya.
“Kalau bersih-bersih yang bener dong! Gitu aja nggak bisa!”
Kalimat yang sering Rasya ucapkan ketika ada temannya yang mengerjakan sesuatu dan tidak sesuai dengan ekspektasinya. Tanpa memahami dan ikut membantu kesulitan yang terjadi, Rasya dengan sadis mengatakan hal-hal semacam itu. Ucapan sadis yang tak jarang menyakiti perasaan orang lain.
Rasya tidak pernah sadar bahwa dia telah menyakiti banyak orang. Dengan kalimat yang mudahnya terucap, dia membuat hati yang manis menjadi getir. Secara tidak langsung, dia seperti menanam bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Sikap temperamentalnya yang tinggi, membuat banyak teman enggan untuk mendekatinya.
Suatu hari, Sari, teman satu kelas mengajinya memenangkan lomba pidato Bahasa Arab. Hampir semua orang yang berada di kelas mengucapkan selamat kepada Sari atas keberhasilan yang ia raih. Tetapi tidak dengan Rasya, tatapannya yang tajam justru menghujani Sari.
“Cing! Baru segitu aja udah sombong. Kalau aku yang jadi perwakilan juga pastinya bisa menang,” kata Rasya dari tempat duduknya.
Teman sekelas yang mendengarkan hanya bisa diam. Dalam hati mereka membiarkan perkataan Rasya tanpa berniat menyahuti. Lagi, ada sikap kurang baik yang Rasya tunjukkan kepada teman-temannya.
Rasya dengan mudahnya meremehkan orang lain. Dengan gampangnya dia merasa bisa melakukan sesuatu yang orang lain capai tanpa memberikan bukti. Rasya menunjukkan hal-hal yang kurang positif. Caranya berkata, hal-hal yang ia katakan, dan sikap terhadap orang lain yang membuat teman-teman Rasya menjauh.
Di tempat duduknya, Rasya melihat sekelompok orang di depannya. Mereka sedang bercengkrama dengan asyik. Sebenarnya, Rasya juga menginginkan hal tersebut terjadi padanya. Dengan perasaan yang gundah, Rasya mencoba mengalihkan perhatiannya dengan membaca kitab yang dibawanya. Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa menepis bahwa dia ingin didekati, ingin diajak bicara, dan ingin bergaul dengan teman-temannya seperti dulu.
Dalam banyak kesempatan, Rasya sering bertanya kepada sebagian orang yang masih mau mendengarkannya. Mengapa orang lain menjauhinya tanpa sebab yang jelas? Walaupun sudah ada beberapa masukan dari orang-orang yang masih mau mendengarkannya, Rasya belum bisa menerima dan masih mencari jawaban yang menurutnya masuk akal.
Ada pola pandang yang harus ia ubah. Ada hal-hal yang tidak tepat. Perasaan ingin menang sendiri, ingin dipuji, cemburu dengan keberhasilan orang lain, dan menginginkan semua hal sesuai dengan harapannya menjadi beberapa faktor yang membuat teman Rasya menjauh.