Pptialfalah.id – Sejak beberapa ratus tahun lalu, kaum perempuan dibiarkan dan mendapat perlakuan seperti binatang ternak. Selain itu, kaum laki – laki juga merampas hak – hak kaum perempuan baik dalam hak yang berkaitan dengan hukum maupun materi serta kebebasan belajar dan berpendidikan. Hal ini terungkap dalam Kitab Idhotun Nasyiin yang merupakan karya Syaikh Mustofa Al Ghalayaini.
Akibatnya, peradaban manusia menjadi rusak sebab perempuan merupakan penopang utamanya. Perempuan merupakan tempat bergantungnya akhlaq dan baik buruknya generasi muda. Oleh karena itu, seorang perempuan harus diupayakan untuk mendapat pendidikan yang baik serta kehormatan dan kedudukannya dalam kehidupan sosial.
Bagaimana Mengupayakan Keadilan Hakiki?
Seorang perempuan pada dasarnya memang diciptakan berdampingan dengan laki – laki. Penciptaannya tentu bersamaan dengan tugas dan peran masing – masing yang saling melengkapi.
Syaikh Mustafa melalui kitab Idhotun Nasyiin mengibaratkan kehidupan laki – laki dan perempuan layaknya kehidupan seorang petani. Di mana seorang laki – laki membajak tanah dan juga menabur benih tanaman. Sedangkan perempuan yang merawat dan melindungi dari sesuatu yang berpotensi merusaknya.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan sosial secara luas maupun dalam lingkup terkecil yakni rumah tangga, peran laki – laki dan perempuan harus senantiasa kita kompromikan. Tujuannya agar adil dan seimbang. Dalam hal ini tentu saja dalam batas yang tidak melampaui kodrat dan tanggung jawab masing masing dari keduanya.
Pada dasarnya laki – laki dan perempuan memiliki kapasitas yang setara untuk mengambil peran publik dan domestik. Sejatinya peran domestik bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang perempuan saja. Namun kentalnya budaya patriarki menggiring pandangan dalam masyarakat bahwa hal – hal domestik merupakan tanggung jawab seorang perempuan.
Apabila dalam pembagian peran dan pelaksanaan tanggung jawab ini terdapat ketimpangan, maka buahnya adalah kehancuran, sebab sendi sendi dalam rumah tangga tidak lagi kokoh bahkan berantakan. Karena peran dan tanggung jawab itu merupakan komponen yang saling berhubungan dan tidak dapat terpisahkan. Jika satu saja tidak ada maka rusaklah semuanya.
Malangnya, imbas dari hancurnya rumah tangga adalah hancurnya generasi muda sebagai penerusnya. Maka dari itu rumah tangga yang baik dan harmonis adalah salah satu kunci dari kehidupan sosial masyarakat bahkan kehidupan Negara yang baik.
Pentingnya Pendidikan Perempuan
Seiring dengan pembagian peran antara laki – laki dan perempuan, pendidikan perempuan menjadi salah satu hal yang harus terus diupayakan. Sebab untuk dapat menjalankan peran serta mendapat kedudukan yang seimbang dengan laki – laki maka seorang perempuan juga harus berpendidikan.
Selain itu pendidikan yang baik selalu menghasilkan cara pandang dan kemampuan berfikir yang baik. Hal inilah yang dapat menjadi daya dorong bagi seorang perempuan agar tidak senantiasa memiliki perasaan inferior.
Dengan adanya jaminan keseimbangan peran antara laki – laki dan perempuan, pendidikan yang baik serta penghormatan yang layak untuk perempuan maka akan menciptakan kemaslahatan dalam sebuah relasi sosial. Sehingga tidak ada pihak yang merasa mendominasi dan pihak lain merasa tersubordinasi, semua mendapat kesempatan yang sama dalam kapasitasnya sebagai manusia yang berhak untuk mendapat pengakuan dan penghormatan yang layak.
Bagitulah pandangan tentang keadilan hakiki dari seorang ulama inspiratif yang berasal dari tanah Libanon. Beliau merupakan ulama yang berpandangan modern yang lahir pada tahun 1303 H atau bertepatan dengan 1808 M.
Beliau merupakan ulama sekaligus sastrawan, penulis, penyair, urator, linguis, politikus, kolomnis serta wartawan. Semasa hidupnya beliau memiliki banyak predikat dan juga menghasilkan banyak karya yang hingga saat ini banyak menginspirasi generasi muda zaman sekarang